Menjelang tahun politik 2024, Aplikasi media sosial dapat ultimatum apalagi terkait AI
Hal ini menjawab kekhawatiran soal banyaknya disinformasi menjelang tahun politik 2024. AI bisa dengan cepat dan mudah merancang foto dan teks.
Jangan sampai foto dan teks buatan AI dinilai sebagai 'informasi asli' dan memicu sensasi.
Sebagai catatan, TikTok, Google, Microsoft, dan Meta merupakan anggota dalam gerakan pemberantasan disinformasi yang dibentuk Uni Eropa. Gerakan yang dibuat secara sukarela itu bertujuan membasmi informasi palsu yang ada di internet.
Adapun aturan di dalamnya tidak bersifat mengikat secara hukum, namun menuntut komtimen bagi penyedia layanan.
Misalnya saja, melarang produsen berita palsu untuk memonetisasi konten, memastikan transparansi dalam iklan politik, bekerja sama dengan pengecek fakta, serta memberikan edukasi bagi masyarakat terkait disinformasi.
Jourova tak memungkiri bahwa AI bisa membawa banyak manfaat. Kendati demikian, ia meminta para raksasa teknologi berkomitmen mengupayakan segala cara agar AI tak dimanfaatkan untuk menyebar berita palsu di masing-masing platform.
"AI menambah tantangan baru dalam upaya pemberantasan disinformasi," kata Jourova, dikutip dari Insider, Selasa (6/6/2023).
Bulan lalu, dalam gelaran Google I/O, sang raksasa Mountain View menambahkan fitur baru yang memungkinkan pengguna melihat apakah sebuah gambar dibuat dengan AI atau asli.
Twitter baru-baru ini juga meluncurkan fitur serupa. Pengguna bisa melakukan pengecekan gambar untuk mengidentifikasi gambar buatan AI.
Namun, bulan lalu Elon Musk secara resmi menyatakan berhenti dari gerakan sukarela yang dibentuk Komisi Eropa. Hal ini pun ditanggapi dengan sindiran.
"Twitter memilih cara yang berbeda. Mereka memilih konfrontasi," kata Jourova.